Memanusiakan Manusia

Akhirnya nulis blog lagi setelah beberapa pekan disibukkan oleh UAS dan hari raya Idul Fitri. Omong-omong minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir batin ya pembaca.

Sesuai dengan judul, post ini akan menceritakan tentang definisi memanusiakan manusi versi saya berdasarkan pengalaman yang pernah saya lewati. Sebenarnya saya sudah kenal istilah "memanusiakan manusia" sejak awal mahasiswa baru, dimana banyak speech dari orang-orang hebat sewaktu ospek yang memaparkan tentang betapa pentingnya memanusiakan manusia. Juga saya dijelaskan lebih dalam lagi ketika saya mengikuti sejenis pelatihan dalam organisasi dalam kampus tentang memanusiakan manusia. Tetapi anehnya dari semua penjelasan tersebut, waktu itu saya masih belum paham betul apa itu memanusiakan manusia, sampai pada akhirnya saya terbentur masalah dan harus berdamai dengan diri sendiri.

Kalau pembaca bingung tentang apasih memanusiakan manusia itu? Coba kita ubah sedikit kata "memanusiakan" dengan "menuhankan". "Menuhankan manusia" berarti menganggap manusia sebagai Tuhan, sedangkan "Memanusiakan manusia" berarti menganggap manusia sebagai mana adanya manusia. 

Manganggap manusia sebagai mana adanya manusia ternyata bukan perihal mudah. Memaklumi manusia memiliki sisi negatif dan sangat tidak sempurna menurut saya adalah inti dari konsep memanusiakan manusia. Bayangkan saja apabila semua orang menyadari bahwa orang lain sama tidak sempurnanya seperti dirinya sendiri, maka tidak akan ada akun lambe turah di instagram, tidak ada istilah julid dan pelakor, tidak ada komisi perlindungan anak, tidak ada gerakan milik UN WOMEN seperti #HeForShe sebab laki-laki menghargai perempuan begitu pun sebaliknya, bahkan tidak ada perang antar bangsa atau masalah hak asasi manusia lainnya karena semua orang menghargai kelemahan dan kelebihan orang lain sebagai manusia.

Memanusiakan manusia dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya dapat kita lakukan mulai dari hal kecil seperti mengontrol diri untuk tidak membicarakan orang lain, seburuk apapun orang tersebut. Kenapa? Karena orang yang dianggap buruk pun juga manusia yang sama seperti manusia lainnya. Bayangkan kalau kita dapat mengontrol diri kita dan dapat memanusiakan manusia di sekeliling kita, maka (a.) Kamu dan orang tua kamu tidak akan bertengkar pilih jurusan apa waktu akan kuliah, (b.) Kamu dan pacar kamu tidak akan bertengkar tentang masalah sepele seperti kentut sembarangan atau telat jemput, (c.) Kamu dan teman kamu tidak akan saling iri karena perlombaan fisik, (d.) Hidup berbhineka dapat kita jalani dengan benar-benar ikhlas dari dalam diri tanpa menjatuhkan agama dan ras lain, dll. 

Tidak atau sadar, kita memiliki suatu standar dalam kehidupan kita. Standar tersebut sangat subyektif berdasarkan apa yang kita alami atau yang dicontohkan orangtua/lingkungan terhadap kita. Sehingga setiap standar masing-masing orang sebenarnya adalah berbeda. Bahkan tidak pernah ada yang sama persis. Mulai dari suka warna apa, kriteria pasangan, pilih baju model apa, beli rumah menghadap kemana, dll. Mau tidak mau, suka tidak suka, demi kemaslahatan hidup bersama, kita harus belajar untuk memanusiakan manusia. Dalam hal ini kita harus toleransi kepada orang lain. 

Saya pun mengerti untuk memaklumi orang lain yang tidak sesuai "standar" kita awalnya sangatlah sulit. Pertama-tama kita harus menyadari dan menerima dulu kenyataan bahwa kita sebagai manusia juga bisa saja melakukan kesalahan yang orang lain perbuat kepada kita. Sedangkan disisi lain kita harus bersyukur karena ada bagian dimana kita dilebihkan dibanding orang lain, begitu pula orang lain. Lalu kita harus jujur pada diri sendiri untuk mengakui kesalahan apabila kita berbuat salah, mengakui kelebihan orang lain dibanding kita, dan berusaha untuk tidak kaku untuk menjalin pertemanan yang sesuai standar kita (seperti membuat geng dan semacamnya).

Kalau bicara memanusiakan manusia memang tidak ada habisnya. Sebab kita sebagai manusia sangat kompleks dan mudah berubah hatinya. Memanusiakan manusia harus tertanam dalam diri sejak dini, agar kita menjadi pribadi yang dapat menempatkan diri serta menyenangkan bila bertemu siapa saja, dapat bergaul dengan siapa pun karena kita selalu menghargai dan memaklumi perbuatan yang orang lain lakukan selama tidak membahayakan orang banyak.

Mungkin pengertian memanusiakan manusia yang saya miliki sampai detik ini cuma segini-gininya. Saya tidak tahu lagi apa yang akan saya hadapi nanti dalam hidup yang membuat saya makin belajar. Untuk itu terimakasih sudah membaca post ini.