ALERT : Body Shaming

Suatu ketika saat kamu memutuskan untuk datang disuatu acara, lalu ada seseorang berkata seperti dibawah ini:
“Kok kamu gendutan ya?”
“Eh itu muka kamu kenapa sih kok jerawatan gitu?”
“Minum susu ini aja, biar berat badan kamu bisa naik. Kurus banget loh kamu”
“Dulu kamu tinggi ya, sekarang……”
“Liat tuh si Sari makin langsing aja kan, kamu kapan kayak gitu?”
“Foto dari samping aja biar kamu keliatan kurus”
Baiklah. Tarik nafas. Buang perlahan.

Body shaming (body : tubuh; shaming : mempermalukan; body shaming : mempermalukan tubuh orang lain) adalah mengomentari kekurangan dari fisik orang lain yang dilakukan baik secara sadar, hanya sekedar basa-basi, bercanda kelewatan atau demi mencairkan suasana (26/06/2016 idntimes.com). Melihat contoh kasus dan definisi diatas jadi ngerti kan apa itu body shaming? Menurut saya sendiri body shaming ini adalah cerminan dari sikap “meremehkan” seseorang terhadap orang lain dengan menggunakan fisik sebagai jokes, atau bisa dikatakan juga menghina rasa bercanda.

Body shaming bagi pelakunya mungkin menganggap hal ini biasa saja atau menganggap victim-nya terlalu bawa perasaan. Oleh karena itu harus disadari bahwa body shaming berdampak negatif seperti membuat orang lain minder, tidak bersyukur dengan keadaan fisik yang dimiliki, atau yang paling parah adalah mengalami depresi hingga bisa saja secara nekad melakukan aksi bunuh diri. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Secara tidak langsung perkataan orang terhadap diri kita membuat diri kita menjadi cenderung introspeksi diri. Namun alih-alih introspeksi diri kalau berlebihan jadinya malah insecure deh!

Tuhan menciptakan kita dengan latar belakang dan bentuk fisik yang berbeda. Pun tidak ada satu orang yang sempurna di dunia ini. Terutama untuk mahasiswa seperti saya, masa-masa menjadi mahasiswa merupakan salah satu masa dimana kita diberi kesempatan untuk menjalin pertemanan dan relasi seluas-luasnya. Berarti kita harus bisa menerima perbedaan orang lain dan tentunya tantangan tersendiri apabila kita bisa berteman dari kalangan, jabatan, dan profesi apapun.  

Berbicara tentang body shaming berarti juga membicarakan bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain dengan tujuan bukan hanya untuk “membalas percakapan” namun lebih untuk “memahami isi percakapan”. Sebagai pendengar yang baik, dalam percakapan seharusnya kita dapat mengetahui apa yang diinginkan dan bagaimana kondisi lawan bicara kita saat itu. Sebab hal yang seperti itu meningkatkan empati kita terhadap seseorang sehingga tidak ada terbersit penghinaan fisik atau body shaming.
Nah sedangkan bagi kamu yang sedang jadi korban body shaming, entah itu dibilang gendut, hitam, atau yang lainnya, ayo lawan! Lawan bukan dengan kekerasan, tapi cukup dengan perkataan yang sopan dan tegas kepada si pem-bully seperti “perkataan kamu itu memalukan dan tidak mencerminkan seorang yang berpendidikan” atau kalau bisa diselesaikan dari hati ke hati maka akan lebih baik lagi. Namun bila segala usaha sudah kamu lakukan dan si pem-bully masih saja seperti itu, alangkah baiknya kamu untuk menjauh dan mencari teman baru yang lebih sopan. Lalu jangan khawatir, sebab semua hal yang buruk maupun yang baik pasti ada balasannya, meskipun bukan sekarang, meskipun kamu tidak tahu dalam bentuk apa, teruslah berprasangka baik.

Dimulai dari diri kita sendiri, mari stop kebiasaan berbicara menyakitkan hati terlebih menilai orang lain berdasarkan keunikan fisiknya. Solusinya adalah berpikir dahulu sebelum berbicara dan berusahalah untuk selalu mencari kelebihan orang lain. Oh iya satu lagi, ingatlah sekecil-kecil kebaikan pasti ada manfaatnya dan sebaliknya sekecil-kecil keburukan pasti ada balasannya, termasuk membahagiakan orang lain dengan cara menjaga lidah saat bicara.