Assalamualaikum!
Bersyukurlah kamu kalau bisa menemukan ke-Islaman dalam dirimu dengan sangat mudah, maksud saya benar-benar beriman pada Allah tanpa perlu banyak cing-cong atau alasan-alasan yang dapat hatimu terima, atau dengan kata lain "sami na wa atho na" yang artinya "kami dengar dan kami patuh". Sedangkan saya? saya tidak semudah itu menerima Islam, walaupun sejak kecil juga mengaji, walaupun mama saya suka bertahajud, walaupun eyang kakung hafal surat ya-sin, dan walaupun-walaupun lainnya, tapi tetap saja saya belum "terima" Islam sepenuhnya.
Dibangku SMP saya sudah mulai mengenal cinta-cintaan. Kata orang itu cinta monyet, tapi bagi saya tidak. Cinta itu semua serius. Bahkan waktu itu saya bisa berpikir nanti mau kerja apa, kira-kira kehidupan ideal bersama keluarga itu seperti apa, peran ayah dan ibu seharusnya seperti apa dan lain sebagainya. Cinta SMP saya adalah bersama dia yang berbeda agama dengan saya. Deg-degan, bukan karena melihat dia, tapi karena takut, beda agama. Maka masa SMP dipenuhi dengan kegalauan dan pencarian jati diri seorang ABG labil.
Cinta SMP yang berlanjut hingga SMA, tidak tanggung-tanggung 2 tahun lamanya. Serius bukan? Dalam masa-masa mencintai di dia, saya cenderung menolak Islam, ceramah di televisi tidak asik, ayat-ayat Qur'an sepertinya hanya untuk orangtua yang mau meninggal, saya gak suka, saya mau cari nasehat yang lain. Bingung. Bingung. Bingung. Tiba-tiba twitter jadi viral kala itu, lalu banyak kata-kata mutiara atau "quotes" galau alay yang makin buat saya buta.
Menurut kamu waktu itu pikiran saya hanya pacaran saja? Salah. Bukannya pamer, tapi masa SMP dan SMA saya adalah masa kejayaan saya. Juara kelas selalu, lomba olimpiade, lomba puisi, lomba menyanyi, tapi hati ini? Tetap kosong. Apalah daya tidak berani bilang orangtua kalau lagi pacaran, ada juga malah dimarahin.
Singkat cerita saya tetap mengikuti quotes-quotes galau yang dulu terkenal seperti milik dwitasari dan sejenisnya, bersamaan dengan itu saya putus cinta. Baiklah, what should I do? Brain on fire. Untuk pertama kalinya, putus cinta. Waktu itu saya ingat betul pagi-pagi datang ke sekolah lalu teman dekat saya bertanya "kamu kenapa saf? jangan bilang kalau...." tampaknya dia sudah mengerti lalu saya jawab dengan dramanya "kayak kosong ta". Hari itu adalah pelajaran pertama bahwa "salah jika terlalu berharap kasih sayang pada sesama manusia", meskipun belum sepenuhnya paham dengan pernyataan karena pikiran sangat kosong.
Hari itu quotes galau saya tinggalkan, tiba-tiba malam senin saya lihat acara motivasi di televisi dan saya senang. Motivasi yang saya tonton seperti menjadikan saya semangat lagi, tapi tetap galau, hanya saja terdapat logika baru bahwa hidup itu unik dan setiap orang itu mudah berubah. Lama-kelamaan saya tidak puas, nasehatnya itu-itu saja. Sedangkan kegundahan hati saya makin bertambah, masalah keluarga tiba-tiba datang, mantan saya tiba-tiba punya pacar baru, sahabat saya tiba-tiba hilang, kemana saya harus mengadu?
Akhirnya saya alay, mengadu ke media sosial. Membuat quotes galau, status macam motivasi tapi saya menipu diri, itu supaya saya tenang. Saya coba cari buku di perpustakaan tentang bacaan-bacaan menyenangkan, lalu saya temukan buku berjudul The Secret. Ternyata best seller di luar negeri, isinya tentang cinta, kekuatan untuk berbagi, teori tarik menarik antara kebaikan dan keburukan, karangan Rhonda Byrne yang sewaktu menulis buku itu juga sedang galau akut. Saya ikuti semua bukunya, tapi rasanya masih kurang juga.
Beralih ke buku motivasi lainnya yang best seller di gramedia, tapi tetap saja tidak menemukan hal yang gamblang, kenapa dan bagaimana. Akhirnya bersamaan dengan trend modern hijab banyak yang memperdebatkan apakah berhijab itu perlu atau tidak. Saat itulah saya membeli Al Qur'an terjemahan yang berukuran kecil (sebelumnya sudah punya 1 Qur'an terjemahan tapi ejaan lama milik eyang kakung saya) lalu saya baca seperti membaca buku motivasi. Ya, saya baca artinya saja, bukan huruf arabnya, karena menurut saya gak menarik.
Alhamdulillah, surprisingly, Al Qur'an menjelaskan semuanya dengan detail dari hulu sampai ke hilir, kenapa harus berhijab, penjelasan tentang laki-laki yang boleh menikahi lebih dari 1 maksimal 4 istri (tentunya banyak cowok-cowok zaman sekarang yang salah tafsir), bagaimana cara Islam melindungi perempuan, bagaimana seorang anak harus bersikap kepada orang tua, gimana caranya supaya gak galau, gimana caranya supaya belajar itu bener-bener paham, dan lain sebagainya.
Sejak saat itu juga saya berhenti membeli buku motivasi dan membaca yang menurut saya tidak terlalu penting. Al Qur'an is enough for me. Mungkin perlu tambahan hadist-hadist agar lebih mendalami. Alhamdulillah lagi sejak saat itu saya mulai berhijab walaupun mama saya belum berhijab dan saya pakai hijabnya juga apa adanya. Terimakasih Allah yang sudah mengantar saya ke arah yang lebih baik, dan hingga saat ini pun masih belajar.